Sebagai langkah awal, pada Desember mendatang akan diselenggarakan fashion show tenun Buton bertempat di Keraton Buton dengan membawa model dan putri Indonesia memperagakan hasil desain yang dikreasikan sang desainer.
Di dalam acara tersebut, benteng keraton sepanjang lebih kurang 3 km yang menjadi kebanggaan masyarakat Buton, akan dibungkus dengan tenun yang dikerjakan oleh 6.000 penenun.
Sebagai fashion desainer yang telah beberapa kali memberikan sentuhan kain-kain tradisional Indonesia, Ian merasa bahwa tenun Buton memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikreasikan sebagai produk fesyen.
Tenun khas Buton memang sederhana, bentuknya hanya berupa garis lurus dan kotak-kotak yang hampir menyerupai sarung tetapi ada nilai filosofis yang terkandung di dalam bentuk tersebut.
Bagi perempuan, hanya bisa menggunakan kain yang bentuknya garis vertikal yang menunjukan bahwa perempuan memiliki hati yang lurus.
Adapun laki-laki bisa mempergunakan kain garis lurus yang berbentuk horizontal atau kain dengan corak kotak-kotak yang memiliki garis vertikal dan horizontal. Bermakna bahwa lelaki Buton harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan sesama (hablumminannas) dan juga tunduk pada setiap perintah Tuhan (hablumminallah).
Oleh karena merupakan kain tradisional yang banyak digunakan untuk acara adat dan keagamaan, maka penggunaan dan bentuk tenun tersebut harus mengikuti pakem yang berlaku. Hal tersebut membuat penenun dan masyarakat Buton tidak berani merubah dan mengkreasikannya, perbedaan hanya terletak pada warna.
Warna yang sering kali diaplikasikan pada tenun tersebut mulai ialah warna asia tropikal seperti merah pepaya, oranye, dan kuning nanas, marun, biru mulai dari biru muda hingga biru laut, serta putih kerang laut. Di tangan Ian, tenun akan dikombinasikan dengan kain-kain dan desain yang lebih modern sehingga terlihat lebih dinamis dan kontemporer digunakan sebagai fesyen tanpa meninggalkan kekhasan tenun Buton.
“Saya ingin mengeksplore bisa dari warna, teknik menunun, maupun aplikasi kain yang digunakan sehingga tenun ini bisa dikenal dan diterima di semua lapisan masyarakat. Sebab jika sudah diaplikasikan, pakem gari-garis maupun kotak-kotak dapat digunakan baik laki-laki maupun perempuan,” ujarnya. (ltc)
Sumber: Bisnis