Show tahunan Edward Hutabarat yang berlangsung minggu lalu, hadir setelah kami mencari beliau begitu lama dan membutuhkan responnya untuk beberapa pertanyaan. Dan pada kesempatan yang sama, bang Edo, begitu ia biasa dipanggil, bersama timnya menggelar sebuah pameran batik yang bisa dinikmati siapapun sebelum maupun sesudah fashion show-nya. Show dan pameran ini seakan menjadi jawaban dari kebutuhan kami untuk bertemu beliau.
Lewat pameran batik yang juga digelar di salah satu ruangan di hotel Dharmawangsa itu, bang Edo menyuguhkan berlembar-lembar kain batik yang ditata sebagai wall art. Paparan yang merupakan hasil kerjasamanya dengan tim yang sudah membantunya selama satu dekade lebih terakhir. Di antaranya bersama Pak Nur Cahyo yang selama belasan tahun sudah menjadi penyedia batik bagi dirinya. Ditata secara megah, pengunjung berkesempatan melihat olahan kain batik yang bernilai tinggi. Kesempatan yang jarang bagi warga perkotaan.
“Batik Journey” sendiri adalah sebuah koleksi yang cukup kasual, yang dipresentasikan dengan keanggunan, kelas, dan hasrat mengunjungi pulau dengan sinar matahari yang tidak pelit. Summer dress berubah rupa menjadi deretan long dress, gaun cocktail batik dari bahan-bahan yang flowy, seperti organza, sutra atau satin. Motif garis yang menjadi identitas koleksi PART ONE miliknya kini dibuat sepenuhnya dengan teknik batik.
Motif Sawung Galing dihadirkan secara utuh dengan menggunakan pendekatan baru. Pembuatan pola terlebih dulu, lalu baru membatik di atas kain-kain yang dipilih. Harapan Edo, pendekatan ini dilakukan supaya tidak ada motif yang terpotong dan burung-burung dalam motif Sawung Galing bisa terlihat lebih hidup. Tambahan aplikasi tulle atau lace yang implisit mengekspresikan sikap anggun. Warna-warna yang terlihat di runway pun terlihat cukup kalem. Bahkan merah dan hitam pun tak terlalu mencolok. Topi-topi jerami dalam ukuran sedang hingga besar, dan bunga-bunga yang disematkan di telinga memperkuat citra island girls yang diinginkan.
Di tengah-tengah koleksi womenswear, bang Edo menyelipkan koleksi kimono untuk laki-laki yang terbuat dari batik. Kimono atau jaket yang menyerupai pakaian tradisional Jepang untuk laki-laki memang sedang populer beberapa waktu terakhir. Ada yang hadir lengkap, bersama obi, ada yang hanya berupa jaket. Pertemuan dua budaya yang menghasilkan kreasi memukau.
Koleksi “Batik Journey” ini sekaligus merayakan 35 tahun karier bang Edo sebagai desainer, dan perjalanannya selama 2 dekade mempelajari batik, dan mengolahnya sebagai bentuk peradaban Indonesia yang berjuang untuk terus bisa bertahan di tengah gempuran modernisasi.
Sumber: Fimela