Gelar Batik Nusantara 2013
Kehadiran desainer dalam memeriahkan Gelar Batik Nusantara 2013 juga menyita perhatian pengunjung. Kendati berada di ruang yang terpisah dari area pameran, toh acara show yang menampilkan karya desainer selama 3 hari ini tetap dipenuhi penonton. Dibuka dengan gelaran batik penuh warna yang diwujudkan dalam bentuk busana ready to wear persembahan Parang Kencana yang diiringi Twilite Orkestra pada acara pembukaan pameran yang dihadiri Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Itang Yunasz
Batik dengan menggunakan pewarna alam tumbuhan liar yang mudah dibudidayakan ikut ditampilkan pada hari kedua. Adalah Galeri Batik Jawa, yang mempersembahkan 42 koleksi bertema ’Batik Indigo Alam untuk Semua Musim (Natural Indigo Batik for All Seasons)’. Dengan menampilkan ragam hias Batik Jawa, yang terdiri dari Parang, Kawung, Semen, Nitik, Lung-lungan, dan Sekar Jagad, Galeri Batik Jawa menampilkan desain simple dan modern yang bisa digunakan dalam setiap musim. Yang ditonjolkan adalah ragam hiasnya. Hal ini juga diakui Wishnu Goetoro Poespo, seorang pattern maker yang ikut mendesain untuk Galeri Batik Jawa. ”Desain saya memang simple, karena saya ingin menonjolkan ragam hias batik yang sangat cantik ini.
Ghea Panggabean
Tidak seperti tekstil yang bisa kita pesan yang dengan mudah bisa dipotong dan dibentuk baju. Kain Batik tidak pernah ada yang sama, sehingga dibutuhkan kejelian dan teknik khusus untuk memadupadankannya,” katanya, Sesuai tema, busana yang ditampillkan mewakili 4 musim yang ada di belahan Barat. Show ditutup dengan coat panjang yang terbuat dari 3 kain batik tanpa dipotong.
Oscar Lawalatta
Salah satu desainer busana muslim, Itang Yunasz juga ikut menampilkan karyanya yang didekasikan kepada Iwan Tirta. Aneka kaftan dan tunik bermotif batik khas Iwan Tirta, yang dipadukan dengan kerudung bergaya sederhana, bisa dijadikan sebagai alternatif untuk tampil cantik di hari yang fitri bulan depan. Masih di hari yang sama, giliran desainer muda lulusan ESMOD Jakarta yang unjuk kebolehan. Melalui tema ’Reveal! The Spirit of Batik”, tiga alumni yang telah memiliki label ini didaulat untuk menciptakan kreasi dari kain batik sesuai karakteristiknya masing-masing.
Bi Batik
Sere Marini Simanjuntak membuka show dengan menampilkan kain batik Solo berwarna gelap dengan teknik coletan warna-warni yang dibentuknya menjadi evening dress dengan detail draperi sebagai aksennya. Desain lebih ceria ditampilkan Eridani lewat garis rancangannya yang ’geometris’ dengan warna pastel yang lembut. Bahan Batik rancangannya menggunakan pewarna alami. Berbeda dengan Sere dan Eridani, Khanaan menampilkan motif batik yang telah dimodifikasi. Gambar kupu-kupu dibuat lebih besar dan dibuat menyebar di beberapa bagian. Kain batik sutra ini digunakan Khanaan untuk membuat sebuah gaun panjang dengan kombinasi bahan sifon transparan.
Rumah Pesona Kain juga ikut ambil bagian dalam show hari berikutnya dengan menggandeng 2 desainer yang namanya sudah tidak asing lagi, Ghea Panggabean dan Oscar Lawalata. Tidak seperti desainer lain yang tampil sebelumnya, baik Oscar maupun Ghea banyak menampilkan padu padan kebaya dan kain. Ghea menggunakan 2 jenis kain yaitu Batik Kudus dan Batik Garut, sedangkan Oscar memilih menggunakan kain Tapis Lampung. Kain-kain yang ditampilkan pada show siang itu adalah kain produksi para perajin yang dibina oleh Rumah Pesona Kain.
Parang Kencana bersama dengan Twilite Orchestra pimpinan Adhie MS
Hal yang seru terjadi pada show ‘Bi Batik’, bagaimana tidak, karena yang tampil memeragakan busana adalah keluarga dan teman yang merupakan komunitas pecinta batik. Jadi, kita bisa melihat kelucuan anak-anak yang lupa koreografi, atau ibu-ibu yang berjalan dengan cepat seolah ingin cepat menyelesaikan tugasnya. Tapi ada juga yang bisa membawakan busana batik rancangan Tasia Jeroen ini laksana para model. Yang jelas keceriaan show terakhir ini menambah semarak acara di dalam plenary hal yang dingin itu. Dea, foto: Rio, Novi.
Sumber: Fashionpromagazine