Kain Timor
Kain-kain berusia ratusan tahun itu memberikan gambaran betapa kayanya seni budaya kita sebagai bangsa.
Kain Sumba
Sehelai kain saja bisa bercerita tentang filosofi dan peradaban masa lalu yang luar biasa. Ruang untuk melihat koleksi kain-kain antik itu terakomodasi saat pameran Adiwastra Indonesia 2013 di Jakarta Covention Centre beberapa waktu lalu. Ada lembar-lembar kain batik Solo, kain Flores, kain Sumba dan begitu banyak koleksi kain kain antik yang bisa membuat kita merenung. Betapa tingginya budaya kita di masa lalu. Bak sebuah lukisan kain-kain itu bercerita tentang kehidupan, sejarah dan karakter bangsa.
Kain Maluku
Memang tanpa ada orang yang peduli untuk mencari, menemukan dan mengoleksinya kita tidak mungkin bisa melihat sendiri kekayaan kain-kain kita. Salah satunya adalah Hartono Sumarsono, pengusaha yang juga kolektor kain-kain antik. Koleksinya yang sangat beragam bak ensiklopedia yang memberi informasi dan wawasan yang lebih dalam tentang tentang keindahan, nilai seni dan estetika dari begitu banyak kain-kain di Indonesia. Pernahkah kita membayangkan betapa rumit dan telatennya orang-orang di masa lalu membuat cecek (titik-titik dalam lembaran kain batik yang besarnya bak noktah terkecil).
Batik Solo
Semua dilakukan dengan tangan yang tidak saja terampil tetapi juga kesabaran yang luar biasa. Dalam sehelai kain batik saja begitu banyak hal-hal dan filosofi yang bisa kita dapatkan. Hanya perlu untuk lebih mengerti,memahami dan mendalaminya supaya sehelai kain tidak hanya dilpandang dari segi keindahannya saja tetapi juga makna yang terkandung di dalamnya. Bagaimana pula kita bisa membayangkan ketekunan, ketelitian dan kemahiran para perajin seni kita di masa lalu dalam membuat kain-kain tenun yang begitu indah dari Timor, Maluku atau Sumba?
Batik Solo
Mengenal, memahami akan membuat kita mencintai dan inilah modal dasar yang membuat kita bisa ikut melestarikan kekayan budaya yang tidak dimiliki bangsa lain. RM. Foto: Rio