Cowek kayu koleksi Museum Kayu Wanagama UGM
Ya, cowek adalah salah satu alat memasak tradisional yang hingga sekarang masih banyak dijumpai dan digunakan oleh rumah tangga sebagai salah satu kelengkapan untuk memasak di dapur. Boleh jadi, dapur-dapur sekarang sudah modern, tetapi alat ini tetap masih eksis digunakan. Apalagi bagi warga di pedesaan, jelas alat ini selalu hadir dalam kegiatan memasak sehari-hari.
Selain cowek, orang Jawa sering menyebutnya layah. Dalam bahasa Indonesia disebut cobek. Tidak jauh berbeda. Namun menurut WJS Poerwadarminta dalam kamus Jawa “Baoesastra Djawa” (1939) membedakan pengertian cowek dan layak. Dalam kamus itu, pada halaman 257, disebutkan jika istilah layah itu untuk menyebut cowek berukuran besar. Namun tidak disebutkan secara jelas, ukuran besar itu dengan diameter berapa sentimeter. Sementara istilah cowek, seperti diterangkan pada halaman 647, dijelaskan sebagai layah kecil yang digunakan untuk membuat sambal atau sejenis piring kecil. Namun umumnya, masyarakat Jawa saat ini tidak begitu membedakan istilah layah dan cowek.
Umumnya, layak atau cowek terbuat dari batu atau gerabah. Bentuknya mirip dengan piring, tetapi lebih tebal (terutama cowek yang berasal dari batu). Diamater cowek sekitar 20 cm. Ada yang berukuran lebih kecil atau lebih besar. Sementara tingginya sekitar 7 cm. Bagian alas datar, agar mudah diletakkan di lantai atau alas lainnya. Pasangan cowek atau layah bernama munthu atau uleg-uleg. Munthu terbuat dari batu atau kayu. Munthu batu untuk pasangan layah yang terbuat dari batu, sementara munthu kayu untuk pasangan layah gerabah atau tanah liat.
Alat dapur tradisional ini hingga sekarang masih banyak dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Sebagian besar masih menggunakan alat ini. Fungsi utama layah atau cowek adalah untuk melumatkan bumbu-bumbu dapur atau untuk membuat sambal. Bumbu dapur yang perlu dilumatkan atau dilembutkan, alat ini cocok untuk dipakai. Biasanya bumbu-bumbu dapur yang perlu dilumatkan untuk memasak dan membuat sambal adalah bawang merah, bawah putih, mrica, ketumbar, kunyit, garam, gula jawa, cabe, kemiri, tomat, dan lainnya.
Namun saat ini juga ada alat pelumat bumbu yang sudah modern, tidak perlu tenaga ekstra untuk melumatkan dan mulai banyak dimanfaatkan, terutama untuk melumatkan bumbu dalam jumlah besar. Alat apakah itu? Kita simak pada edisi berikutnya.
Biarpun keberadaan cowek atau cobek saat ini mulai terdesak oleh peralatan modern untuk melumatkan bumbu dan sambal, tetapi cowek tetap eksis dan dibutuhkan oleh sebagian besar ibu rumah tangga atau warung makan. Kiranya keberadaan cowek tidak tergantikan, terutama untuk urusan rasa. Apalagi untuk olahan sambal.
Banyak orang yang merasakan, olahan sambal yang dilembutkan dengan cowek, rasanya lebih enak, jika dibandingkan dengan pelumat modern adalah blender atau mesin giling. Melumatkan bumbu dengan alat ini jelas lebih mudah. Untuk kelembutan hasil, memang menang blender. Tetapi untuk urusan rasa, banyak yang menyatakan bahwa sambal dan bumbu, lebih enak rasanya “diuleg” dengan cowek. Apakah karena bahan yang digunakan, yang membuat rasa menjadi beda?
Cowek batu yang digunakan rumah tangga
Yang jelas, bumbu atau sambal yang bersentuhan dengan cowek dari batu atau tanah liat akan berbeda dengan rasa bumbu atau sambal yang bersentuhan dengan blender atau mesin giling yang terbuat dari besi, baja, atau stenlis. Itulah sebabnya, cowek dari batu atau tanah liat tetap menjadi pilihan utama bagi rumah tangga atau mayoritas warung kuliner yang menyajikan sambal sebagai bagian dari menu utama.
Bahkan dalam menyajikan sambal pun, cowek disertakan sebagai tempat sambal. Itu menandakan bahwa warung kuliner ingin mempertahankan cita rasa sambal yang diuleg dengan dengan alat tradisional.
Penjual lotek adalah satu satu pengguna cowek. Ukuran cowek yang dipakai tidak tanggung-tanggung, bisa berdiameter lebih dari 30 cm. Apalagi jika saat membuat lotek pesanan, sekali membuat di atas 10 porsi. Maka agar cepat menyajikan, digunakanlah cowek berukuran besar.
Salah satu warung lotek dan gado-gado di Yogyakarta yang terkenal dengan cowek besarnya adalah warung lotek teteg, di sebelah timur Stasiun Lempuyangan Yogyakarta.
Biar pun cowek sudah ada saingan alat serupa yag lebih modern, namun hingga sekarang pun produksi dan pemasaran cowek masih banyak dijumpai. Hampir di setiap daerah ada produsen dan penjualan cowek.
Di sekitar Jalan Raya Muntilan Jawa Tengah, adalah salah satu sentra produksi cowek batu. Di tempat-tempat wisata, juga banyak dijajakan suvenir atau oleh-oleh berupa cowek batu. Begitu pula di pasar-pasar tradisional maupun di swalayan, juga mudah ditemukan alat satu ini.
Apalagi harga cowek dari batu atau tanah liat lebih murah jika dibandingkan dengan alat modern. Cowek dari batu satu (1) set ada yang berharga Rp 25.000. Tentu semakin besar, harganya lebih mahal. Untuk berbahan gerabah, harganya bisa lebih murah, tidak lebih dari Rp 10.000 untuk satu set.
Yang jelas, keberadaan alat dapur satu ini sudah ada ratusan tahun lalu. Tidak jarang di situs-situs kuno, juga banyak ditemukan artefak gerabah, salah satunya adalah cowek. Sampai kapan alat ini akan digunakan? Tentu sampai penggunanya menciptakan alat lain serupa yang bisa mempertahankan rasa dari cowek tradisional.
Sumber: Tembi 1 dan Tembi 2