Pangot mudah dijumpai di warung-warung penjual alat pertanian
Pangot hampir tidak pernah absen berada di dapur, walaupun hanya dibutuhkan tatkala untuk mencukil kelapa. Alat ini terbuat dari besi dengan pegangan dari kayu. Bentuknya pipih mirip pisau, tetapi agak besar dan bagian pangkal lebih lebar serta bagian ujung lancip.
Jika di dapur tidak ditemukan alat pangot, biasanya para ibu rumah tangga akan merasa bingung dan kesulitan jika hendak mencukil kelapa. Maka, alat ini penting sekali dibutuhkan di dapur.
Alat dapur pangot sudah lama dikenal oleh masyarakat Jawa. Setidaknya, kamus berbahasa Jawa yang berjudul “Baoesastra Djawa” terbitan JB Wolters’ Uitgevers Maatschappij NV Groningen Batavia tahun 1939 yang ditulis oleh WJS Poerwadarminta, telah mencatat eksistensi pangot. Pada halaman 470 kolom 2 disebutkan dalam bahasa Jawa, “pangot, bangsane lading kang pucuke lancip.” Artinya, pangot, jenis pisau dapur yang bagian pucuknya runcing. Dalam penggunaan sehari-hari, pangot digunakan untuk mencukil daging kelapa yang hendak diparut untuk dibuat santan.
Selain fungsi utama untuk mencukil kelapa, fungsi lainnya adalah untuk membelah kelapa yang sudah tidak berserabut (sudah terkelupas dari bagian kulit, atau sabut). Sementara untuk menghilangkan sabut, biasanya digunakan alat lain, misalnya sabit atau linggis.
Namun, para ibu perkotaan yang biasa memasak sudah tidak lagi mencukil dan memarut sendiri buah kelapa, tetapi membeli kelapa parutan, yang mudah didapat di pasar dan warung, atau menggunakan santan instan yang dijual di pasar modern.
Pangot masih eksis di pedesaan, karena kegiatan mencukil kelapa masih jamak dilakukan para ibu rumah tangga di pedesaan, baik untuk keperluan sendiri maupun ketika “rewang” atau membantu tetangga yang punya hajat. Para penjual kelapa pun masih menggunakan alat ini.
Sumber: Tembi