Selain terkenal akan keindahan alam dan kain tenunnya, Minahasa juga memiliki kekayaan lain berupa kain batik tradisional yang diciptakan dalam berbagai motif, gambar dan tulisan kuno yang berakar pada nilai-nilai budaya dan tradisi yang berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat setempat. Salah satu sumber ragam hias yang cukup populer dan banyak ditampilkan dalam batik Minahasa yaitu berupa waruga atau makam leluhur Minahasa yang menceritakan daftar riwayat hidup dari seorang yang telah meninggal.
Batik Minahasa
Sumber : https://www.suaramanado.com
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog, keberadaan waruga sebagai salah satu warisan budaya Minahasa konon sudah ada sejak 400 tahun sebelum Masehi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan usia dari sebuah waruga yaitu berupa metode pertanggalan karbon serta membandingkannya dengan usia keramik-keramik Tiongkok yang terdapat pada makam tersebut.
Batik Minahasa
Sumber : https://manadopostonline.com
Waruga merupakan makam leluhur Minahasa yang terbuat dari batu dimana bagian atasnya berbentuk segitiga dan bagian bawahnya berbentuk kotak dengan ruang ditengahnya. Pada bagian atas Waruga terdapat relief berupa sesosok pria yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah motif pada batik Minahasa.
Batik Minahasa
Sumber : https://www.facebook.com/batikminahasa
Relief yang ditampilkan pada motif batik tersebut disebut dengan tonaas. Ragam hias ini terbagi menjadi dua, yaitu tonaas ang kayobaan atau lelaki kuat yang bisa menguasai makhluk hidup lainnya dan tuama loor atau leos sebagai gambaran seorang pria berbentuk manusia kangkang.
Batik Minahasa
Sumber : https://www.sulutexplorer.com
Dibagian bawah waruga ditambahkan pula gambar berbentuk kembang teratai dalam posisi berlawanan yang satu menghadap keatas dan lainnya kebawah secara selang seling membentuk sebuah baris yang rapi. Relief ini menjadi motif batik yang dinamakan motif ma’sungkulan.
Batik Minahasa
Sumber : https://www.suaramanado.com
Selain dua motif tersebut terdapat pula motif lainnya seperti tarawesan paredey, ma’suiyan, wewengkalen dan lain sebagainya. Tarawesan Pareday yang diciptakan dalam bentuk geometris (pakarisan) menyerupai sebuah garis yang berulang menjadi simbol gelombang kehidupan manusia yang datang dari dua arah, yakni dari atas dan dari bawah. Sementara motif wewengkalen yang berbentuk seperti ular berkepala dua, menjadi lambang keabadian yang menggambarkan kemampuan manusia untuk bisa kembali memperbaharui kehidupannya.
Batik Minahasa
Sumber : https://www.mitrakab.go.id
Berbeda dengan motif tarawesan pareday dan wewengkalen, ragam hias ma’suiyan disebut-sebut sebagai bentuk ekspresi dari sayap burung pisok (teteleb ne pisok) yang sangat terkenal di Minahasa. Dari sejumlah ragam hias tersebut terdapat pula ragam hias lain yang jika dikombinasikan akan menghasikan motif yang cukup unik dan berciri khas Minahasa seperti motif karengkom.
Batik Minahasa
Sumber : https://www.suaramanado.com
Semoga bermanfaat.
Sumber: Fitinline